HABONARON – SIMALUNGUN
Saya bangga punya presiden pak Jokowi, beliau selalu memberikan hati dan pikiran nya untuk kemajuan bangsa dan negaranya. Kebijakannya yang pro rakyat banyak mendapat tantangan dari kawanan mafia, tapi sang presiden tetap tak peduli dan bekerja demi rakyatnya. Luar biasa, aku bangga punya presiden seperti dia.
Saya kagum sama Wagner Damanik karena melihat sosoknya mirip dengan presiden Jokowi, sama sama orang yang tulus bekerja dan sama sama sosok pemimpin yang mencintai rakyatnya, itu yang utama. Bukan asal bilang cinta tapi harus benar benar cinta. Dan bukan bilang cinta disaat ada maunya.
Kita dapat melihat kedekatan Jokowi dengan kita rakyatnya, begitu jugalah Wagner Damanik. Sebab sangat mustahil seorang pemimpin dapat membangun bila dari hatinya sendiri tidak ada rasa cinta kepada rakyatnya sendiri. Dan sangat mustahil seorang pemimpin bisa bekerja untuk rakyatnya bila dalam hatinya diselimuti ambisi maniak berkuasa, semua itu kosong bagi saya..
Selain sosok Wagner Damanik dan Haji Abidinsyah, saya berani katakan bahwa mereka semua hanyalah aktor bertopeng yang kembali pulang ke negrinya untuk mencoba peruntungan pilkada dengan ambisi ingin menjadi raja musiman di negrinya.
Lantas maukah kita dipimpin oleh aktor bertopeng yang ingin menjelma menjadi seorang raja musiman??
Saya pribadi menolak… Saya kapok dan sangat menyesal dulunya sudah ikut bersumbangsih mendudukkan seorang aktor menjadi raja musiman. Ternyata raja musiman itu tidak benar benar mencintai rakyatnya dan malah ABS untuk orang orang yang menjaganya diatas sana.
Saya harus benarkan itu, sebab sedari awalpun sang raja musiman itu sudah menghabiskan banyak uang untuk bisa menjadi raja musiman di negrinya. Jadi sangat wajar bila sang raja musiman itu berpikir dan berniat mengembalikan modalnya agar tidak zonk.
Pasangan Wagner Damanik dan Haji Abidinsyah Saragih berkomitmen tidak akan melakukan money politik, sebab mereka justru berasal dari rakyat sendiri (independen), dan rakyatlah yang menjadikan mereka sehingga terpilih menjadi peserta pilkada, bukan pantai yang harus dibayar mahal.
Cerita money politik, dalam hitungan angka dan nominal, sang jendral itu juga mampu melakukannya. Tapi mereka tetap tidak goyah akan komitmennya, tidak mau berkhianat dengan cara memberi racun kepada rakyatnya. Sebab, dengan membayar rakyat demi satu suara, kelak akan menjadikan mereka gila.. Ya gila, bahkan bisa melebihi kegilaan pendahulunya. Apa kita tidak trauma?? Bois hita gok kalau sampai itu terjadi lagi..
Sedikit kisah saat Jokowi masih capres, ada persamaan dengan WD-BISA di Simalungun. Saat Jokowi capres, rakyatlah yang datang berdonasi untuknya, begitu juga dengan WD-BISA, pasangan ini banyak mendapat dukungan donasi dari rakyat. Terbalik bukan?? tapi itulah nyatanya. Kenapa itu terjadi?? karena rakyat menyayangi mereka, dan membutuhkan mereka. Tidak seperti aktor lainnya yang justru saat ini sedang mengatur srategi ingin membayar rakyatnya demi satu suara. Ampunlah, mari kita kapok..
Lihat hasil kerja pak Jokowi, betapa kita bangga karenanya, saya pribadi luar biasa bangga. Dan begitulah pasangan WD-BISA, kelak akan menjadi kebanggaan bagi negrinya Simalungun.
Banyak kisah heroik yang dilakukan oleh Jokowi telah membuat kawanan mafia menjerit dan kabur lari tunggang langgang. Birokrasi yang amburadul, kini terbenahi sudah. Indonesia harus di reformasi, termasuk reformasi mental satu di dalamnya. Dan hasilnya kitapun berubah dan mulai berpikir maju.
Begitu jugalah WD-BISA, kelak akan berbuat seperti apa yang dilakukan oleh Jokowi. Dan kisahnya sama, disini juga banyak kawanan mafia yang berusaha menjegalnya dan berharap bahkan justru melakukan banyak ritual untuk mengalahkannya, aneh tapi nyata tapi itulah fakta.. Simalungun tetap tak bisa lepas dan jauh dari angin angin, asal ma boi monang seperti kata mereka.. Memikirkan kemenangan dengan cara durhaka. Ampun, mari kita tobat dan ingat masih ada Tuhan.
Sungguh luar biasa perbuatan itu, oleh karena ambisi ingin menjadi raja musiman. Kita rakyatpun dijadikan pion yang harus ditumbangkan duluan..
Salam dariku par pokkan pokkan, cerdas dan bijaklah dalam memilih. Kita lalai maka kita akan menjalani hal yang sama di kemudian hari. Hindari uang recehan demi hidup dan negri mu di kemudian hari dan banggalah menjadi putera dan puteri Simalungun.
Aku adalah WD-BISA, dan kami independen, milik rakyat.. Hindari issu murahan, itu hanya untuk perpecahan.
HORAS…!!